UCAPAN SELAMAT

Segenap Presbiter GPIB Jemaat Bethania Makassar mengucapkan selamat atas pernikahan Sdri. Imelda Rosalyn Cornelia Pattinasarany (WSP3) dengan Sdr. Marlon Sumampouw (WJ GBI GLOW Fellowship Centre Network) pada hari Sabtu, 2 Oktober 2010, di GBI GLOW Fellowship Centre Network. Tuhan Yesus Kristus memberkati.

UCAPAN BELASUNGKAWA

Telah meninggal dunia dengan tenang:

a. Ny. Lorrina Maria Latuihamallo - Porwayla (89), WSP3, pada hari Senin, 27 September 2010 pkl. 23.00. Jenazah dikebumikan di TPU Panaikang hari Rabu, 29 September 2010 setelah dilepas dari rumah duka Jl. Sungai Digul № 3, Makassar.

b. Bp. Joppie Robby Wolah (51), mantan Presbiter GPIB Jemaat Bethania Makassar periode 1988/1992, 1997/2002, PHMJ periode 1997/2000 - dan terakhir sebagai Presbiter GPIB Bukit Zaitun Makassar - pada hari Kamis, 30 September 2010. Ibadah Pelepasan diadakan di GPIB Jemaat Bukit Zaitun Makassar hari Sabtu, 2 Oktober 2010. Rumah duka beralamat di Jl. Ketilang.

Majelis Jemaat turut berbelasungkawa atas kehilangan ini, kiranya Tuhan Yesus Kristus Sang Empunya kehidupan senantiasa memberikan penghiburan sejati kepada keluarga yang ditinggalkan


SELAMAT MENGINGATRAYAKAN PENYERTAAN TUHAN DI DALAM PERJUANGAN GEREJA, MINGGU, 3 OKTOBER 2010

Kisah Para Rasul 6 : 1 - 4
Karena itu, saudara-saudara, pilihlah tujuh orang dari antaramu, yang terkenal baik, dan yang penuh Roh dan hikmat, supaya kami mengangkat mereka untuk tugas itu (ay.3)

KEGIATAN PEKAN INI - Minggu XIX Sesudah Pentakosta - 3 s/d 9 Oktober 2010

1. Dalam rangka mengikuti Persidangan Sinode XIX GPIB yang diadakan di Jakarta Convention Center pada tanggal 11 s.d. 16 Oktober 2010, GPIB Jemaat Bethania Makassar mengirim tiga orang Presbiter sebagai utusan. Mandat diberikan kepada Pdt. Johanes Wadu, STh, Pnt. J.J.J.Poluan, dan Dkn. S.T.O.Mustamu, yang akan berangkat dari Makassar tanggal 9 Oktober 2010. Selagi Ketua Majelis Jemaat tidak di tempat, pengaturan pelayan akan dilaksanakan oleh PHMJ.

2. Komisi Daya dan Dana, bekerja sama dengan ke-5 BPK dan Panitia Pembangunan GSG, mengadakan kegiatan pencarian dana melalui pengedaran Kupon Berhadiah. Hasilnya akan dipergunakan untuk mendanai pelaksanaan program jemaat, serta pembangunan gedung serba guna. Kupon dapat diperoleh melalui anggota Komisi Daya dan Dana, Pengurus Ke-5 BPK, Panitia Pembangunan, Koordinator Sekpel, dan Kantor Sekretariat GPIB Jemaat Bethania Makassar.
Hadiah utama berupa sebuah sepeda motor Honda Scoopy, serta Induction Cooker, Laptop, Energy Water System, TV, Blackberry, HP, dan hadiah-hadiah menarik lainnya akan diundi pada hari Minggu, 28 November 2010.

3. Panitia Wisata Layan BPK PW akan melakukan pencarian dana untuk rencana Wisata Layan ke Bogor pada bulan Juni 2011, berupa penjualan makanan, minuman dan kue-kue di ha¬laman Gedung Gereja, setiap selesai IHM. Mohon partisipasi Bapak/Ibu/Sdr(i).

4. Doa Malam untuk rencana Wisata Layan ke Bogor – Juni 2011, diadakan setiap hari Senin pkl. 19.00 di RG Bethania - 2 minggu sekali, sejak tgl. 23/08/10. Harap partisipasi dari semua Ibu2 anggota PW pada hari Senin, 4 Oktober 2010.

-----------------o0o-----------------

Rumah Gereja Bethania

Rumah Gereja Bethania
Foto oleh BN - tahun 2009

Selasa, 23 Maret 2010

APAKAH SIDI ITU?


1. Biasanya pada saat peneguhan sidi, kita berusaha merenungkan tentang apa itu arti Sidi, baik bagi kita yang sudah sidi, ataupun bagi mereka yang belum menganggap pentingnya sidi itu. Para orang tua mendorong anak-anak mereka . untuk mengikuti katekisasi dan merasa puas apabila anak mereka telah sidi. Sebab sidi biasanya dianggap sebagai ukuran keberhasilan orang tua. dalam mendidik anak mereka secara Kristiani. Bahkan ada juga yang menganggap bahwa dengan sidi, beban orang tua menjadi ringan. Karena anaknya telah dapat "berdiri sendiri" dan dosa mereka tidak lagi "dipikul" ol.eh orang tua. Anggapan demikian tidak seluruhnya benar, karena katekisasi dan sidi itu sendiri tidak menjamin kualitas iman seseorang, apalagi menyelamatkannya. Biasanya katekisasi hanya berlangsung sekitar 6 bulan s/d 1 tahun dengan 1 atau 2 x pertemuan setiap minggu, sebenarnya dengan jumlah pertemuan itu, tidaklah dapat menampung materi yang akan diajarkan Gereja. Belum lagi kebutuhan dan tantangan yang dihadapi para katekisan itu sendiri yang perlu dibahas dalam pertemuan-pertemuan tersebut. Di lain pihak buku pedoman yang tersedia sebagai buku materi pelajaran belum memenuhi persyaratan yang dituntut oleh i1mu pendidikan dalam rangka memperlengkapi seseorang untuk mencapai taraf kedewasaan iman. Belum lagi kemampuan para pengajar katekisasi yang pada umumnya kurang mempersiapkan diri dengan materi penunjang lainnya• yang dapat memperkaya pelajaran katekisasi, dan metode yang cocok dalam mengajar karena kesibukan melayani (biasanya yang mengajar katekisasi adalah pendeta di jemaat tsb). Katekisasi sidi merupakan salah satu pelayanan gereja yang sangat penting. Kegiatan ini pada abad modern ini di tempat dalam rangka pendidikan agama Kristen yang berlangsung bagi seseorang sejak dari kandungan ibu hingga kandungan bumi (mati). Oleh karena itu setiap orang yang mengikuti katekisasi harus mempersiapkan diri dengan baik, demikian juga setiap pengajar harus mempersiapkan diri dengan pengetahuan, pemahaman yang benar dan keterampilan yang baik, sehingga proses belajar mengajar dapat berlangsung secara bertanggung-jawab sebagai upaya pendidikan warga gereja.

2. Untuk memahami pernyataan di atas, pertama-tama kita perlu mengikuti uraian singkat tentang latar belakang Katekisasi. Orang Israel, melaksanakan pendidikan agama mulai keluarga-keluarga• (bnd Ulangan 6). Kebiasaan ini tidak pernah berubah sekalipun Bait Allah dihancurkan dan umat menderita. Rumah-rumah ibadat (sinagoge) yang didirikan di berbagai pelosok diisi dengan kegiatan-kegiatan pendidikan. Setelah pembuangan ke Babel (abad IV SM), maka kegiatan pendidikan sekitar rumah-rumah ibadat makin ditingkatkan. Angkatan muda dididik secara intensif dalam dua kategori:

a. tingkat dasar yang disebut Beth-Hasepher, yang berarti Rumah Buku. Semua anak yang berumur 6 tahun diwajibkan memasuki Rumah Buku. Di sana mereka belajar bahasa Ibrani, menghafalkan buku-buku Taurat (5 buku Musa, Kejadian - Ulangan), Mazmur dan Raja¬raja. Pada saat anak berumur 9 tahun, anak-anak itu diharapkan sudah mampu membaca (dengan menghafal) seluruh kitab dalam Perjanjian Lama dalam bahasa Ibrani.

b. Tingkat lanjutan yang disebut Beth-Hammidrasy atau Beth-Talmud yang berarti Rumah Midras atau Rumah Talmud. Di rumah pendidikan ini mereka belajar misyna, yaitu penafsiran tentang isi Taurat secara lengkap. Para anak didik mendapat latihan dan keterampilan untuk menghubungkan ajaran Taurat dengan kenyataan hidup setiap hari. Peserta Pendidikan Rumah Midras adalah anak-anak usia 10 - 13 tahun. Selain mendapat pelajaran Agama, juga mempelajari ilmu hitung, ilmu bintang, ilmu bumi dan. ilmu hayat sebagai pelengkap untuk menyoroti penafsiran Taurat. Mereka dapat mengkritik seorang rabbi (guru) bahkan mengecamnya, disamping mempertahankan pendapat-pendapat gurunya sendiri. Lukas 2:46 menyaksikan bahwa Yesus juga mengalami pendidikan seperti ini dan seperti anak Yahudi lainnya pada usia 12 tahun dilantik sebagai warga umat yang dapat kita• samakan dengan peneguhan Sidi kita pada masa kini. Murid Yesus juga mengalami pendidikan seperti ini. Tidak tepat bila kita katakan bahwa mereka adalah orang-orang yang buta huruf. Kisah Para Rasul 14: 13 memberikan kesan bahwa Petrus dan Yohanes adalah orang-orang bodoh. Sebenarnya istilah tidak terpelajar atau orang biasa dalam ayat tersebut menyatakan bahwa Petrus dan Yohanes tidak menempuh Ahli Taurat (pendidikan Tinggi) seperti Rasul Paulus misalnya.

3. Selanjutnya dalam gereja purba (abad I-IV) juga dikenal pendidikan Agama khususnya bagi orang-orang yang baru menganut agama Kristen. Cara dan isi pengajaran mengambil bentuk seperti pendidikan Yahudi. Seorang Kristen baru (calon baptis) yang umumnya telah dewasa harus menghafal Taurat, Doa Bapa Kami, Pengakuan Iman, dan menyelami rahasia Sakramen (Baptisan dan Perjamuan Kudus). Dalam menghafal itu, Taurat dan ucapan-ucapan Tuhan Yesus diulang-ulangi dan diresapi dengan iman, demikian juga dengan ajaran para Rasul. Mula-mula persiapan calon baptisan dilakukan dengan singkat (Kis.2:38; 40:29,30,37; 10:29). Lama-kelamaan pendidikan formal dibentuk dengan nama Katekumenat. Pendidikan ini dimaksudkan untuk mempersiapkan orang-orang Kristen baru supaya mewujudkan Imannya dalam gereja dan masyarakat. Lama tergantung dari keadaan dan kebutuhan. Ada yang 3 bulan tapi juga dapat menjadi 3 tahun. Selain para peserta didik menerima pelajaran agama dan tafsiran, juga bahasa, filsafat dan juga ilmu sains seperti ilmu ukur, berhitung, dan ilmu hayat. Sesudah itu mereka dibaptis dan diharapkan menjadi orang Kristen yang terampil dan mampu mempertahankan imannya. Dari istilah Katekumat ini muncul sekolah Katekisasi yang kemudian dikembangkan terpisah setelah ilmu pengetahuan semakin berkembang pada abad pertengahan (abad VI - XV). Yohanes Calvin, reformator (abad XVI) mengembangkan pendidikan katekisasi dalam rangka persiapan diri untuk sidi. Calvin menyusun bahan-bahan pelajaran yang dapat diajarkan dalam 55 kali pertemuan sebelum sidi. Jadi lamanya katekisasi ditentukan oleh bahan yang diajarkan. 55 pokok itu dapat dilaksanakan dalam jangka waktu singkat, misalnya minimal 3 bulan dan maksimal 3 tahun. Setelah katekisasi, seseorang dapat diteguhkan sebagai warga jemaat yang karena imannya, dalam menyambut anugerah Allah, mengambil bagian dalam pelayanan Kristus, maka ia ikut serta dalam Perjamuan Kudus. Kata "Sidi" secara historis sulit ditelusuri asal-usulnya. Ada dugaan bahwa kata ini berasal dari bahasa Sansekerta yang artinya sempurna (bnd kata purnama sidi). Ada juga yang mengatakan berasal dari bahasa Melayu "Sidik" (sidik jari) atau "sidi" yang sama dengan penyelidikan, pemeriksaan. Ada lagi yang mengatakan berasal dari bahasa lbrani, "Tsadik" yang berarti bijak. Sehingga konon, orang-orang yang telah sidi berarti mereka yang telah diselidiki pengetahuan dan pemahamannya tentang Firman' Allah dan oleh anugerah Allah memiliki hikmat dan kesempurnaan hidup. Semua warga jemaat patut• menempuh pendidikan untuk bertumbuh dalam iman, sebagaimana Tuhan Yesus sendiri menempuh proses pendidikan itu melalui Rumah Buku dan Rumah Midras lalu Ia "Sidi" pada usia 12 tahun. (Jewede)